Jumat, 11 Juli 2014

khutbah idulfitri

اَلله ُاَكْبَرْ ,اَلله ُاَكْبَرْ, لله ُاَكْبَرْ ,اَلله ُاَكْبَرْ ,اَلله ُاَكْبَرْ ,اَلله ُاَكْبَرْ, لله ُاَكْبَرْ ,اَلله ُاَكْبَرْ ,اَلله ُاَكْبَرْ
.لَااِلَهَ اِلَّااللهُ وَاللهُ اَكْبَرْ، اَللهُ اَكْبَرْوَلِلَّهِ الْحَمْدُ، اَللهُ اَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَاَصِيْلًا. لَااِلَهَ اِلَّااللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَعَبْدَهُ وَاَعَزَّجُنْدَهُ وَهَزَمَ الْاَحْزَابَ وَحْدَهُ، لَااِلَهَ اِلَّااللهُ وَلَانَعْبُدُ اِلَّا إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنِ وَلَوْكَرِهَ الْكَافِرُوْنَ.
اَلْحَمْدِلِلَّهِ الَّذِىْ جَعَلَ هَذَا الْيَوْمَ عِيْدًا وَسَعَادَةً لِلْمُسْلِمِيْنَ، وَخَتَمَ بِهِ شَهْرُ رَمَضَانَ الْمُبَارَكَ الَّذِيْ كُتِبَ فِيْهِ الصِّيَامُ لِلْمُؤْمِنِيْنَ، وَأُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْآنُ هُداً لِلْمُتَّقِيْنَ. اَشْهَدُ اَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَالَّذِيْنَ جَاهَدُوْا فِى سَبِيْلِهِ حَقَّ جِهَادِهِ اِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.
اَمَّابَعْدُ: فَيَااَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ اِتَّقُوْااللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ  وَلَاتَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَ نْتُم مُسْلِمُوْنَ.
قاَلَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْاَنِ الْكَرِيْمِ اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ وَلِتُكْمِلُوْا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُاللهَ عَلَى مَاهَدَا كُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ.
Allahu Akbar 3 X Walillahil Hamd
Ma’asyiral Muslimin Rahima kumullah.
Pada pagi hari ini, cuaca terasa sangat cerah. Secerah hati kita ini. Kita bersujud di hadapan Illahi Rabbi. Allah Yang Maha Suci. Kita melaksanakan sholat Idul Fitri dengan khusyu’ dan sepenuh hati. Kita mendambakan ridha Allah, agar menjadi hamba muttaqin. Hamba yang bertaqwa sejati.
Mari kita berdoa semoga ibadah kita, puasa kita, tarawih kita, tadarus kita, tahajud kita, shodaqoh kita, i’tikaf kita, takbir, tahmid dan tahlil kita, serta shalat kita di pagi ini dapat diterima oleh Allah SWT. Amin.
Kaum Muslimin Yang Berbahagia.
Dengan berkumandangnya takbir, kaum muslimin dan muslimat bergegas keluar dari rumah masing-masing – untuk  melaksanakan shalat Idul Fitri bersama keluarga  dan handai tolan dengan perasaan gembira. Mereka saling menyapa dan berjabat tangan bahkan berpelukan saat bertemu. Itulah potret rasa kebersamaan kaum muslimin dalam membangun kepentingan dunia dan akhiratnya. Hal ini sesuai  dengan firman Allah dalam Al Qur’an Surat Al Hujurat ayat 10 :
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَاتَّقُوا اللَّـهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
“Sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” (QS. Al Hujurat [49]:10)
Allahu Akbar 3 x Walillahil Hamd
Saudara-saudara Yang Kami Muliakan
Baru saja kita menyelesaiakan gemblengan dalam bulan Ramadhan sebagai mediaspiritual exercise, pelatihan rohaniah. Kita menjalani servis sebulan lamanya. Kita menyadari bahwa fisik dan rohani kita, ibarat mesin yang harus diservis total di bengkel.
Dengan masuknya kita di bengkel Ramadhan, jasmani dan rohani kita diharapkan berkembang  semakin baik. Meningkatkan amal shalih, dan mengurangi perbuatan tercela. Keinginan yang berlebih-lebihan dan tidak proporsional, mesti ditekan pada batas yang wajar, paling tidak dikurangi. Sehingga kita mampu menciptakan kehidupan yang lebih sederhana, namun tetap dalam nuansa berkecukupan dan suasana harmonis.
Allah memperingatkan kepada umat manusia yang pola hidupnya berlebih-lebihan  :
وَلَا تُسْرِفُوا ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ
”…dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (QS.Al An’am [6]: 141)
Juga Allah memberikan ancaman kepada orang-orang yang melampaui batas :
ثُمَّ صَدَقْنَاهُمُ الْوَعْدَ فَأَنجَيْنَاهُمْ وَمَن نَّشَاءُ وَأَهْلَكْنَا الْمُسْرِفِينَ
“Kemudian Kami tepati janji (yang telah Kami janjikan) kepada mereka (orang-orang yang beriman). Maka Kami selamatkan mereka dan orang-orang  yang  Kami  kehendaki  dan  Kami  binasakan  orang-orang yang melampaui batas.”(QS. Al Anbiyaa’ [21]:9)
Allahu Akbar 3 x Walillahil Hamd
Pada bulan Ramadhan itu, kwalitas kemanusiaan muslim diuji coba, dievaluasi, kemudian direvisi untuk dijadikan tolok ukur sejauh mana kuwalitas ketaqwaannya. Apakah dengan puasa Ramadhan, kita mampu menahan ambisi yang tidak  terpuji. Apakah  dengan  puasa Ramadhan, kita mampu mengendalikan angkara murka yang merugikan bangsa ini. Apakah dengan puasa Ramadhan, kita mampu menyingkirkan kebencian dan rasa dendam diantara kita. Apakah dengan puasa Ramadhan, kita mampu menjauhkan diri dari adu domba dan provokasi massa. Atau, justeru malah sebaliknya. Sehingga ibadah puasanya tidak membekas sama sekali pada kehidupan sehari-hari.
Ibarat orang mempunyai tameng, tetapi kondisinya lobang-lobang dan bolong-bolong. Tak dapat melindungi dirinya dari serangan lawan.
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW dalam sebuah haditsnya:
الصِّيَامُ جُنَّةٌ فَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ فَلَا يَرْفُثْ وَلَا يَصْخَبْ فَإِنْ شَاتَمَهُ أَحَدٌ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي امْرُؤٌ صَائِمٌ – سنن النسائي
Artinya: “Puasa itu sebuah perisai, apabila salah seorang diantara kamu berpuasa, maka jangan berkata kotor dan keji. Maka apabila ada seseorang mencacinya ataumemeranginya, katakan sesungguhnya aku berpuasa.” (Sunan Nasai) 
Allahu Akbar 3 x Walillahil Hamd.
Ma’asyiral Muslimin Rahima Kumullah.
Di Era Globalisasi ini, permasalahan hidup umat manusia semakin ruwet. Berbagai persoalan yang semakin rumit bermunculan silih berganti.
Diantara masalah-masalah besar yang dihadapi bangsa Indonesia ialah jeritan tangis karena kemiskinan dan kemelaratan; Sulitnya untuk mendapatkan kesempatan kerja dan masih adanya pengangguran; Ambisi jabatan dan pangkat yang cara mendapatkannya sampai melupakan aturan dan etika; Pertikaian dan perpecahan; Penjarahan dan kerusuhan; Pembunuhan dan pemerkosaan; Penyiksaan dan perampasan; Rebutan harta dan makanan; Melangitnya harga kebutuhan pokok yang tak terkejar oleh kebanyakan masyarakat kecil; Banyaknya bunuh diri massal, karena kesulitan makan dan lilitan hutang; Dan, masih banyak lagi persoalan-persoalan besar lainnya berupa musibah dari Allah yang bertubi-tubi dengan silih berganti.
Semua itu tidaklah berdiri sendiri, akan tetapi sangat erat hubungannya dengan hukum sebab akibat atau disebabkan oleh perbuatan manusia yang dhalim terhadap dirinya dan terhadap lingkungannya, lebih-lebih kepada  Tuhannya. Mereka lupa, tidak mau bersyukur atas nikmat Allah Swt yang telah diberikan kepadanya. Hal itu telah ditegaskan di dalam al Qur’an surat Ibrahim 7:
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.(QS. Ibrahim [14]: 7)
Karena kebanyakan umat manusia tidak bersyukur atas nikmat yang diterima, maka datang bertubi-tubi dan silih berganti musibah dari Allah Swt. Sudah selayaknya, kita hendaknya pandai-pandai mensyukuri setiap nikmat yang kita terima – besar ataupun kecil.
Saudara-saudara, pada hakekatnya kehidupan manusia yang semakin ruwet itu berpangkal pada makin gelapnya hati nurani manusia. Semakin tidak jelas arah hidupnya. Semakin jauh dari rasa syukur terhadap pemberian dari Tuhannya. Integritas dan identitas pribadinya telah hilang. Mereka telah kehilangan makna dirinya. Sifat hewaniahnya telah menguasai kehidupannya. Tidak ada rasa solider di atara sesama. Egois. Hanya berfikir perut atau kelompoknya sendiri. Kurang, kurang dan kurang saja jadinya. Kalau sudah demikian ini keadaan manusia, bukan hatinya yang berbicara, melainkan nafsunya yang angkara murka. Inilah yang disebuthilangnya fitrah insani.
Allahu Akbar 3x Walillahil Hamd.
Ma’asiral Muslimin Rahima Kumullah
Kita harus menjadikan ibadah puasa sebagai laboratorium, guna membangun manusia baru yang memiliki kekuatan dan semangat besar. Membangun bersama Negara Indonesia di Era Globalisasi ini. Kita jadikan diri kita sebagai benteng-benteng yang perkasa, dengan memperkokoh iman dan taqwa. Memperteguh persatuan dan kesatuan untuk membangun bangsa dan Negara Indonesia. Jangan hanya pandai mencari-cari kesalahan orang lain. Dan jangan merasa tidak bersalah.  Jangan egois dan saling memecah belah. Mari kita perhatikan firman Allah:
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّـهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ۚ وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّـهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنْهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّـهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
Dan  berpeganglah  kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu. Lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang  neraka, lalu  Allah menyelamatkan kamu dari pada nya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. (QS. Ali Imran [3]: 103).
Allahu Akbar 3 x Walillahil Hamd.
Kemiskinan dan keterbelakangan bangsa Indonesia masih sangat terasa. Itu menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintrah dan masyarakat. Itu menjadi tanggung jawab bersama antara Umarok dan Ulama’. Yang kuat – membantu yang lemah. Yang kaya – membantu yang miskin. Yang miskin – menghormati yang kaya. Sehingga lahirlah rasa timbal balik yang indah dan damai antara kedua belah fihak itu. Terpadu dua sifat yang  mulia, kasih sayang dan penghormatan.
Saudara-saudara Yang Berbahagia
Salah satu tanda-tanda orang bertaqwa adalah, sanggup menafkahkan hartanya (di jalan Allah) baik dalam keadaan lapang maupun sempit. Sebagaimana firman Allah dalam Al Qur’an Surat Ali Imran ayat 134:
الَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ
“…(muttaqin itu ialah) orang yang sanggup mengeluarkan hartanya baik di waktu lapang maupun sempit.” (QS. Ali Imran [3]: 134)
Mereka menjadi orang yang dermawan, penyayang, belas kasihan terhadap sesama, berjiwa besar, berjiwa pembangun, kreatif, berdedikasi tinggi,  kredibel, akseptabel, jujur, amanah dan penuh tawakkal kepada Allah Swt. Inilah manusia baru yang sangat berguna bagi bangsa Indonesia.
Jiwa manusia seperti ini yang sangat dibutuhkan oleh pemerintah untuk diajak bersama membangun bangsanya yang sedang mengalami berbagai kesulitan hidup.
Apabila bangsa Indonesia telah memiliki  jiwa dan semangat yang mulia seperti itu, insya Allah Negara Indonesesia   menjadi adil makmur, sejahtera, aman, tentram dan damai. Adil dalam kemakmuran, dan makmur dalam  keadilan.
Saudara-saudaraku Yang Berbahagia
Ada tuntunan dari Rasulullah Saw untuk menegakkan suatu kehidupan dunia. Nabi Saw pernah bersabda:
قِوَامُ الدُّنْيَابِأَرْبَعَةِ أَشْيَاءَ : بِعِلْمِ الْعُلَمَاءِ وَعَدْلِ اْلاُمَرَاءِ وَسَخَاوَةِاْلاَغْنِيَاءِ وَدُعَاءِ الْفُقَرَاءِ.
“Kokohnya kehidupan dunia lantaran empat perkara, yaitu : dengan ilmu para Ulama’ atau kaum cendekiawan, adilnya para pemimpin / pejabat, kedermawanannya orang-orang kaya (konglomerat), keridloan dan do’anya orang-orang fakir miskin (dukungan lapisan bawah).”
Kalau empat perkara itu ada di suatu negara, insya Allah masyarakatnya menjadi maju, adil dan makmur serta aman dan sejahtera.
Kaum Muslimin yang Berbahagia
Dengan datangnya Hari Raya Idul Fitri ini, mari kita mereguk hikmah yang besar. Kita saling memberi dan meminta maaf. Jangan sampai menjadi kaum yang hanya pandai meminta maaf. Tetapi harus juga pandai memberi maaf, seperti sifat Rasulullah Saw. Beliau suka memaafkan kesalahan orang lain, sebelum orang itu minta maaf.

Kita ciptakan suasana aman, tentram dan damai. Kita bangun kebersamaan. Kita pupuk rasa persatuan. Kita lestarikan lingkungan hidup kita. Kita pelihara hutan dan lautan kita. Kita bangun kembali Negara Indonesia yang kita cintai ini. Menjadi Negara adil makmur di bawah ridha dan ampunan Allah Yang Maha Pengampun. Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafur. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar