Di
suatu waktu Rasulullah saw. berbincang dengan hangat bersama Abu Dzar
al-Ghifari. Hingga pada suatu saat, al-Ghifari berkata kepada Nabi S.a.w, “Ya
Rasulullah, berwasiatlah kepadaku.” Beliau bersabda, “Aku wasiatkan kepadamu
untuk bertaqwa kepada Allah, karena ia adalah pokok segala urusan.”
Lalu
Abu Dzar pun kembali bertanya kepada Rasulullah “Ya Rasulallah, tambahkanlah
wasiat apalagi yang penting setelah taqwa.”. Rasulullah saw menjawab “Hendaklah
engkau senantiasa membaca Al Qur`an dan berdzikir kepada Allah azza wa jalla,
karena hal itu merupakan cahaya bagimu dibumi dan simpananmu dilangit.”
Ingatlah kita pada do’a khatmil Qur’an yang sangat masyhur
اللَّهُمَّ ارْحَمْنَا بِالْقُرْآنِ,
وَاجْعَلْهُ لَنَا إِمَامًا وَنُوْرًا وَهُدًى وَرَحْمَةً, اللَّهُمَّ ذَكِّرْنَا
مِنْهُ مَا نَسِيْنَا, وَعَلِّمْنَا مِنْهُ مَا جَهِلْنَا, وَارْزُقْنَا
تِلاَوَتَهُ آنَآءَ اللَّيْلِ وَأَطْرَافَ النَّهَارِ, وَاجْعَلْهُ لَنَا حُجَّةً
يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ
Abu
Dzar merasa masih ada hal lain yang hendak disampaikan Nabi Muhammad saw. iapun
berkata meminta “Ya Rasulullah, tambahkanlah.” Rasulullah menjawab “Janganlah
engkau banyak tertawa, karena banyak tawa itu akan mematikan hati dan
menghilangkan cahaya wajah.”
Tertawa
adalah hal yang kelihatan sangat sepele, tetapi Rasulullah saw melihat itu
sebagai sesuatu yang memiliki dampak psikologis dalam jiwa manusia. Karena
kebanyakan manusia ketika tertawa akan melupakan segala kewajiban sebagai
seorang hamba. Hal ini berbeda dengan model tertawa Rasulullah saw seperti yang
diterangkan dalam sebuah hadits Abdullah bin al Harits yang mengatakan,
”Tertawanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam hanya sekedar senyum.” (HR.
Tirmidzi) Dan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Senyummu kepada
saudaramu merupakan sedekah.” (HR. Tirmidzi)
Kalau
demikian, apa maksud stasiun televise berbondong-bondong menghadirkan acara
humor, lawak ataupun dagelan? Bukankah itu sama artinya sebuah usaha
pembodohan? Ataukah hanya sekedar relaksasi dari kejenuhan hidup ini? Entahlah,
yang Jelas Rasulullah telah berwasiat demikian. Saya rasa kepercayaan kita
kepada Nabi Muhammad saw, jauh mengatasi dari pada berbagai produser acara di
televise.
Sebagai
muslim yang penuh kehati-hatian dan ingin tahu Abu Dzar pun melanjutkan
pertanyaanya kembali “lalu apa lagi ya Rasulullah.?” Rasulullah saw pun
menjawab “Hendaklah engkau pergi berjihad karena jihad adalah kependetaan
ummatku.”
Bagaimanakah
maksud jihad sebagai kependetaan? Bukankah jihad itu kepahlawanan? Inilah yang
perlu pemahaman mendalam. Kalimat ini sangat padu dengan apa yang pernah
disabdakan oleh Rasulullah saw bahwa jihad terbesar adalah melawan hawa
nafsu “Kita baru saja kembali dari jihad kecil menuju jihad yang besar. Para
sahabat bertanya, “Apa jihad besar itu?, Nabi SAW menjawab, “Jihaad al-qalbi
(jihad hati).’
Masih ada lagi selain itu,
karena Abu Dzar kembali meminta “Lagi ya Rasulullah?” Rasulpun menjawab
“Cintailah orang-orang miskin dan bergaullah dengan mereka.”
Lalu Abu Dzar meminta lagi
kepada Rasulullah saw dengan berkata “Tambahilah lagi.” Rasulullah saw menjawab
“Katakanlah yang benar walaupun pahit akibatnya.”
Abu Dzar masih saja
bertanya dan meminta, “tambahlah lagi untukku!.” Rasulullah pun menjawab
“Hendaklah engkau sampaikan kepada manusia apa yang telah engkau ketahui dan
mereka belum mendapatkan apa yang engkau sampaikan. Cukup sebagai kekurangan
bagimu jika engkau tidak mengetahui apa yang telah diketahui manusia dan engkau
membawa sesuatu yang telah mereka dapati (ketahui).”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar