FIDYAH
1.
Fidyah puasa
Ternyata tidak ada dalam nash secara khusus yang menjelaskan tentang jenis dan kadar fidyah. Namun ada beberapa pendapat ulama berkaitan tentang kadar dan jenis fidyah tersebut,
Ternyata tidak ada dalam nash secara khusus yang menjelaskan tentang jenis dan kadar fidyah. Namun ada beberapa pendapat ulama berkaitan tentang kadar dan jenis fidyah tersebut,
Pendapat
pertama, fidyah
tersebut adalah sebanyak 1 mud dari makanan untuk setiap harinya. Jenisnya sama
seperti jenis makanan pada zakat fitri.
Pendapat kedua, fidyah tersebut sebagaimana yang biasa dia makan setiap harinya.
Pendapat ketiga, fidyah tersebut dapat dipilih dari makanan yang ada.
Pendapat kedua, fidyah tersebut sebagaimana yang biasa dia makan setiap harinya.
Pendapat ketiga, fidyah tersebut dapat dipilih dari makanan yang ada.
Dalam kaidah
fikih, untuk permasalahan seperti ini maka dikembalikan ke urf (kebiasaan yang
lazim). Maka kita dianggap telah sah membayar fidyah jika telah memberi makan
kepada satu orang miskin untuk satu hari yang kita tinggalkan. Namun tetap
diingat, sebagaimana Imam Nawawi rahimahullah katakan, “Tidak sah apabila
membayar fidyah dengan tepung yang sangat halus (sawiq), biji-bijian yang telah
rusak. Tidak sah pula membayar fidyah dengan uang.”
Cara
Pembayaran:
Inti pembayaran
fidyah adalah mengganti satu hari puasa yang ditinggalkan dengan memberi makan
satu orang miskin. Namun, model pembayarannya dapat diterapkan dengan dua cara,
- Memasak atau membuat makanan,
kemudian memanggil orang miskin sejumlah hari-hari yang ditinggalkan
selama bulan Ramadhan.
- Memberikan kepada orang miskin
berupa makanan yang belum dimasak. Alangkah lebih sempurna lagi jika juga
diberikan sesuatu untuk dijadikan lauk.
Pemberian ini
dapat dilakukan sekaligus, misalnya membayar fidyah untuk 20 hari disalurkan
kepada 20 orang faqir. Atau dapat pula diberikan hanya kepada 1 orang faqir
saja sebanyak 20 hari.
Waktu
Pembayaran Fidyah
Seseorang dapat
membayar fidyah, pada hari itu juga ketika dia tidak melaksanakan puasa. Atau
diakhirkan sampai hari terakhir bulan Ramadhan, sebagaimana dilakukan oleh
sahabat Anas radhiallahu’anhu ketika beliau telah tua.
Dari Anas bin
Malik radhiallahu’anhu, ia mengatakan, bahwa ia tidak mampu berpuasa
pada suatu tahun (selama sebulan), lalu ia membuat satu bejana tsarid (roti
yang diremuk dan direndam dalam kuah), kemudian mengundang sebanyak 30 orang
miskin, sehingga dia mengenyangkan mereka. (Shahih sanadnya: Irwaul Ghalil
IV:21 dan Daruquthni II: 207 no. 16)
Yang tidak
boleh dilaksanakan adalah pembayaran fidyah yang dilakukan sebelum Ramadhan.
Misalnya: Ada orang yang sakit yang tidak dapat diharapkan lagi kesembuhannya,
kemudian ketika bulan Sya’ban telah datang, dia sudah lebih dahulu membayar
fidyah. Maka yang seperti ini tidak diperbolehkan. Ia harus menunggu sampai
bulan Ramadhan benar-benar telah masuk, barulah ia boleh membayarkan fidyahnya.
QODO SHOLAT ATAU MEMBAYAR FIDYAH BAGI MAYYIT
Seikh As-Sayyid
As-Sabiq yang menyatakan :
أجمع العلماء
على أن من مات وعليه فوائت من الصلاة فان وليه لا يصلى عنه ولا غيره
Artinya : Para
Ulama sudah ijma’ (Konsensus) terhadap yang wapat yang masih ada shalatnya yang
tinggal, walinya (kerabatnya) maupun orang lain tidak boleh mengqodhonya.
Pendapat
ini tidak benar minimal belum dapat kita terima, sebab ulama ibnu basyar menuqilkan pendapat
Imam Syafi’i Rahimahullah ( Qoul qodim) begini :
انه يلزم الولي
ان خلف تركة أن تصلي عليه
Artinya :
Sesungguhnya wajib bagi siwali mengqodho shalat orang yang meninggal, andainya
dia meninggalkan warisan.
Demikian
juga boleh mengqodho sholat orang yang meninggal menurut pendapat Imam
Syibromalisi, Al-Ibadi, Ishaq, Atha, Ibnu Asyirin , Ibnu Daqiqi Al-Id dan
Tajuddin As-Syubky.
Memang diakui,
Pendapat yang masyhur dalam Mazhab Syafi’I ” Orang yang meninggal yang masih
ada qodhoan shalatnya tidak ada perintah atau suruhan untuk mengqodho atau
membayar Fidyah sholat orang tersebut”. Namun perlu kita ketahui banyak ulama
berpendapat sangat baik membuatkan Fidyah sholat orang yang meninggal tersebut,
diantaranya Imam Al-Qolyuby, Imam Nawawi, Imam Al-bughowy, Imam Ar-Rofi’I dan
Imam Algoffal menjelaskan begini :
انه يطعم عن كل
صلاة مدا
Artinya :
Memberi makan satu mud (675 gr) dari setiap sholat wajib yang ditinggalkan.
Pemikiran
beliau-beliau ini dikiaskan atau dianalogikan mereka kepada masalah shoum
(puasa) yang nashnya begini :
من مات وعليه
صيام صام عنه وليه (متفق عليه)
Barang siapa
yang meninggal kemudian baginya meninggalkan puasa,maka berpuasalah walinya
untuknya
من مات وعليه
صيام شهر فليطعم عنه مكان كل يوم مسكينا (رواه ابن ماجه)
Barang siapa
yang meninggal kemudian baginya meninggalkan puasa satu bulan maka hendaklah
dia memberi makanan kepada fakir miskin setiap harinya.
Pendapat-pendapat
Ulama Syafi’iyah ini sejalan dengan ijtihad Imam Abu Hanifah Rohimahulloh dan
menurut As-Syafi’iyah setiap satu sholat wajib Fidyahnya satu mud (675 gr). Sehari
semalam 5 x shalat wajib, sedangkan 1 tahun = 360 hari x 5 waktu =1800 x sholat
wajib.1 tabung beras (4 kg) = 6 mud.
Bila orang
meninggal berusia 45 tahun umpamanya, maka 45 tahun dikurang umur sebelum
dewasa 15 tahun = 30 tahun dikurangi lagi ketaatan 15 tahun misalnya, tinggal
yang perlu dibayar Fidyahnya 15 tahun lagi.
Kalau beras
yang dipersiapkan untuk Fidyah ada 20 tabung, maka cara pelaksanaannya sebagai
berikut :
15 tahun x 360
hari x 5 waktu = 27000 waktu.
20 tabung itu =
120 waktu. 27000 waktu : 120 mud = 225 kali.
Selanjutnya
faqir A mensedekahkan kepada faqir B 113 kali dan faqir B mensedekahkan kepada
Faqir A sebanyak 112 kali jumlahnya = 225 kali.
Dengan demikian
selesailah Fidyah orang tersebut.
Imam Abu
Hanifah hanya membolehkan dibayar Fidyah sholat orang yang meninggal
dengan syarat :
a. Ada wasiat untuk dibuat Fidyah dari orang
yang wafat itu
b. Makanan pokok, juga boleh dengan uang
seharga 1/2 sha’ (1,9 kg).
c. Sehari semalam dihitung 6 kali sholat wajib
dengan witir.
d. Tidak boleh sedekah berputar ( faqir A
mensedekahkan kepada faqir B dan faqir B kembali mensedekahkan kepada faqir A
dan seterusnya.
Kesimpulannya Imam Abu Hanifah Rahimahulloh
tidak membolehkan membayar Fidyah orang yang meninggal tanpa ada wasiat dari
orang yang meninggal tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar